“Mencari Kebahagiaan”


Tidak ada alasan bagi manusia untuk berfilsafat,

Kecuali untuk mencapai kebahagiaan

(St. Agustinus)







Sungguh ironis, betapa pun nyamannya keadaan yang kita jalani, kita selalu punya cara untuk merasakan kesulitan-kesulitannya. Dalam kehidupan kita, kata “kebahagiaan” sering dipahami maknanya secara dangkal sebagai “sesuatu yang memberikan kita kesenangan”. Namun saya baru sekarang menyadari bahwa kebahagian sejati adalah kualitas yang bertunas dan mekar dalam proses perkembangan manusia. Kebahagiaan hampir dapat disejajarkan dengan ketegaran, yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan saat menghadapi berbagai cobaan hidup sekalipun itu berat.


Dewasa ini, semakin banyak pemikir-pemikir yang menyarankan bahwa pemulihan harus datang dari dalam diri manusia itu sendiri, bukan hanya lewat pemecahan lingkungan. Dari hal ini saya pahami bahwa pendekatan terhadap upaya memaknai kebahagiaan adalah berusaha hidup jujur, dengan integritas dan yang terpenting adalah “berdamai” dengan diri sendiri. Bagaimana menjalaninya? Yaitu dengan menyadari bahwa kita tidak dapat mengontrol semua kenyataan dalam hidup, tetapi kita dapat mengontrol sikap kita dalam menghadapi kenyataan-kenyataan itu.


Selain itu kita pun harus memerlukan peta filosofis kehidupan, yang bisa menjelaskan kita berada di mana sekarang ini, sekaligus arah perjalanan hidup kita. Langkah utama adalah mengenali diri sendiri. Filsuf Socrates mengatakan, “akan sangat menggelikan apabila saya ingin tahu tentang segala urusan orang lain, sementara saya masih tak tahu apa-apa tentang diri sendiri”. Dari hal ini membawa saya pada pengertian: Apa yang sebenarnya berlangsung dengan diri saya sendiri; Apa yang memberi kesenangan; Apa yang memperkuat saya; Apa yang melemahkan saya; Apa yang saya amati dan saya cari; Bagaimana mengendalikan hidup dan bagaimana hidup mengendalikan saya?.


Dari hal ini saya pun mencoba menghayati secara mendalam tiap momen-momen yang terdapat dalam hidup saya sebagai suatu jalan tengah sempurna, sebagai sesuatu yang indah untuk saya jalani. Dan saya meyakini bahwa segala sesuatu memiliki keindahannya, bahkan kegelapan, dan penderitaan sekalipun. Karena dari hal tersebut kita dapat belajar, apapun situasinya, di sanalah kita akan merasa tenteram.


Dan seandainya kita dapat sadari lebih jauh, seandainya kita dapat renungi lebih dalam, kita akan dapati bahwa,


Sesungguhnya kebahagiaan itu ada dalam diri kita sendiri

(R.M. Aditya Andriyanto, 2010).

Komentar

  1. Ngomong2 soal seimbang, selamat hari keseimbangan, ya (Kamis) ; hari ini ada di antara Senin-Selasa-Rabu dan Jumat-Sabtu-Minggu soalnya.

    Nice post. Btw, tadi Dea nggak sengaja kebawa temen nonton Kulkul di Bentara Budaya. Ternyata keren sekali. Thumbs up buat kalian =D

    BalasHapus
  2. thanks ya de..hehe.. let's grab the CD^^

    BalasHapus
  3. saya setuju, pada dasarnya kebahagiaan itu sudah ada pada setiap diri manusia, masalahnya bagaimana orang tesebut memaknai dan merasakannya dengan jujur. kita sepaham untuk ini. semoga selalu sukses ya bos

    BalasHapus
  4. thanks mas, smoga kita slalu memaknai kehidupan kita sbg sesuatu yg membahagiakan.. sukses terus bwt mas darto^^

    BalasHapus
  5. Kita ga perlu mencari apa yang namanya kebahagiaan, sekuat2nya kita mencari maka akan semakin jauh kita dari hal yang namanya kebahagiaan.
    Banyak mensyukuri nikmat dari Allah SWT akan memberikan kita kelapangan hati dan lebih dari itu.. semakin banyak kita bersyukur maka semakin bertambah pula nikmat yang kita dapat..
    nikmat bukan semata pada penilaian materi yang kita miliki, tapi nikmat bisa mencakup pada rasa bahagia yang kita dapat dr rahmat dan karunia-Nya..
    Hidup bisa kita pandang dengan Indah meski tak selamanya berjalan dengan mudah..
    So always thanks to Allah for all gift that we get and happy with your life..

    BalasHapus
  6. thanks bwt nugo. tapi tanpa kita sadari, kita beragama adalah juga untuk mendapatkan kebahagiaan. baik untuk kebahagiaan dunia maupun akhirat. jadi kalimat "ga perlu mencari kebahagiaan" cukup terdengar naif untuk diucapkan. intinya memang kebahagiaan tidak ada dimanapun, melainkan kita sendiri yang menciptakan, apapun kondisinya.

    BalasHapus
  7. Iya ya bro, agak naif didenger, cuma sekuat apapun kita mencari arti kebahagiaan, kalo kita ga menginsyafi setiap yang kita dapatkan dengan rasa syukur maka pencarian kita akan sebuah kebahagiaan bakalan ga ada artinya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Kreatif Anak Usia Dini Melalui Musik

Air Kendi dan Keajaibannya

Kulkul Band– Welcome to Bali (2010) by Jazzuality.com